Breaking News
Loading...

Monday, January 7, 2019

PTK FISIKA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TPTL SMKN 1 SIMPANG EMPAT MELALUI PENERAPAN PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR PADA BAHAN KAJIAN HUKUM GERAK DAN GAYA



Perubahan kurikulum dari kurikulum yang  berorientasi pada isi pelajaran (content based curriulum) menjadi kurikulum yang berorientasi pada kompetensi (competency  based curriculum) memiliki konsekuensi terhadap berbagai aspek pembelajaran di sekolah. Konsekuensi tersebut bukan hanya pada implmentasi atau proses pembelajaran, akan tetapi juga pada penetapan kriteria keberhasilan. Pada tataran implementasi, misalnya perubahan terjadi pada proses pembelajaran, dari proses pembelajaran yang menekankan pada selesainya penyampaian pokok bahasan (isi pelajaran) pada satu catur wulan atau semester kepada pe-nguasaan materi pelajaran oleh siswa. Dengan demikian dalam im-plementasi kurikulum guru dituntut untuk dapat menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi.
Perubahan paradigma kurikulum tersebut, membawa implikasi terhadap paradigma evaluasi  atau penilaian, dari penilaian dengan pendekatan  normatif ke penilaian dengan menggunakan acuan standar. Oleh sebab itu  guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemam-puan  yang memadai  baik secara konseptual maupun secara praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan apakah pe-nguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil diku-asai siswa atau belum. Sesuai dengan tuntutan kurikulum, ada dua hal penting yang harus dipahami tentang evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral dalam suatu proses pembelajaran. Artinya kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Mengapa demikian? Sebab evaluasi bukan hanya berorientasi pada hasil (product oriented) akan tetapi juga pada proses pembelajaran  (process oriented), sebagai upaya memantau perkembangan siswa  baik perkembangan kemampuan maupun perkembangan mental dan kejiwaan. Kedua, evaluasi bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Artinya dalam proses evaluasi siswa dilibatkan oleh guru, sehingga mereka memiliki kesadaran  pentingnya evaluasi untuk memantau  keberhasilannya sendiri dalam proses pembelajaran (self evaluation). Dengan demikian siswa tidak lagi menganggap bahwa evaluasi merupakan suatu beban yang kadang-kadang mengganggu sikap mentalnya. Mela-lui self evaluation siswa akan menganggap bahwa evaluasi adalah sesuatu yang wajar yang harus dilaksanakan.[1]
Penilaian  atau  evaluasi  merupakan  hal yang  sangat  penting  dalam  pendidikan. Perubahan  paradigma  kurikulum  membawa implikasi  terhadap  paradigma  evaluasi  atau penilaian,  oleh  sebab  itu,  guru  dituntut  untuk memiliki  pemahaman  dan  kemampuan  yang memadai baik  secara konseptual maupun  secara praktikal  dalam  bidang  evaluasi  pembelajaran untuk  menentukan  apakah  penguasaan kompetensi  sebagai  tujuan  pembelajaran  telah berhasil dikuasai oleh siswa atau belum. Dengan melakukan  penilaian,  guru  sebagai  pengelola kegiatan  pembelajaran  dapat  mengetahui kemampuan  yang  dimiliki  peserta  didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan  peserta  didik  dalam  meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Evaluasi  yang baik dilaksanakan hanya apabila didasarkan pada rencana  yang  baik  pula.  Untuk  memperoleh menjaga hasil yang kita buat maka perlu adanya inovasi baru untuk melakukan evaluasi.
Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang ciri-ciri dan sifat-sifat dasar materi, berbagai bentuk energi dan cara materi maupun energi berinteraksi dalam dunia di sekitar kita. Siswa mulai mempelajari fisika secara dasar ketika mereka menginjak Sekolah Dasar (SD) dan ketika menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa mulai mempelajari fisika secara umum yang dimuat dalam mata pelajaran IPA. Di Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa sudah mulai memasuki pelajaran fisika secara terperinci dan lebih khusus yang dipelajari pada Mata Pelajaran Fisika. Pelajaran Fisika merupakan salah satu pelajaran eksak yang ada pada program kelas IPA tingkat SMA. Tidak sedikit siswa yang  beranggapan bahwa Pelajaran Fisika itu adalah salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Biasanya, siswa yang lain yang bukan tergolong program kelas IPA, jika mereka mendengar kata “fisika” pasti merujuknya secara umum kalau pelajaran fisika itu salah satu pelajaran yang mumet, tidak mengasikan, membosankan, membingungkan, bahkan mual untuk mendengarnya. Ternyata tidak hanya siswa yang bukan tergolong program kelas IPA saja yang beranggapan seperti itu, bahkan siswa program kelas IPA juga ada yang beranggapan demikian, padahal mereka yang tergolong siswa program kelas IPA pasti menghadapi dan mempelajari Mata Pelajaran Fisika.
Siswa yang beranggapan bahwa fisika itu adalah mata pelajaran yang tidak menyenangkan bahkan membosakan harus diperbaiki agar anggapannya terhadap Mata Pelajaran Fisika itu bukanlah seperti itu, khususnya bagi siswa yang tergolong program kelas IPA. Siswa yang tergolong kelas IPA yang beranggapan seperti itu perlu kita motivasi dan mengajak mereka belajar fisika secara efektif dan menyenangkan, tentunya tidak membosankan. Salah satu faktor yang memengaruhi siswa  kesulitan belajar fisika adalah tenaga pengajar yang menyampaikan materi monoton. Dengan kata lain, tenaga pengajar tersebut menyampaikan materinya membosankan, tidak membangunkan semangat belajar siswa. Dilihat dari materi fisika itu sendiri, fisika mempelajari berbagai rumus-rumus yang tidak sedikit harus siswa pelajari, mengerti serta pahami. Dengan demikian, tenaga pengajar yang khususnya menyampaikan pelajaran fisika itu harus aktif, menyenangkan, dan bahkan bisa membuat para siswa tidak lagi beranggapan negatif terhadap mata pelajaran fisika.
Dengan menggunakan hasil analisis, faktor- faktor organismik dalam diri siswa yang menjadi penyebab kesulitan belajar, antara lain 1)Kapasitas belajar (tingkat kecerdasan) umum siswa yang bersangkutan diduga amat terbatas atau rendah. 2) Kapasitas belajar (bakat) khususnya dapat diduga tidak sesuai/rendah. 3)Sukar mengubah dan sukar menyadarkan diri dengan pola-pola kebiasaan belajar yang lebih sesuai. 4)Sikap kurang positif (negatif) minat motivasi (n-Ach) kurang kuat (lemah), penilaian rendah (menganggap sepele, tidak penting, embel-embel, dan sebagainya) terhadap bidang studi tertentu. 5)Belum matang untuk mengikuti pelajaran pada tingkat kelas tertentu. 6)Belum menguasai pengetahuan dang keterampilan dasar sebagai persyaratan untuk mengikuti pelajaran atau tingkat pendidikan tertentu (mungkin karena transfer dari jalur sistem pendidikan yang berbeda).
Rendahnya analisis pembelajaran Fisika di kelas X di SMK N 1 Simpang Empat pada ketuntasan pembelajaran siswa pada tahun ajaran 2017/2018 pada materi GLB dan GLBB menjadi dasar acuan perbaikan guru yang harus dilaksanakan untuk memenuhi standart kriteria minimal pada materi tersebut. Hasil Evaluasi Rendahnya materi GLB dan GLBB selama pembelajaran yang peneliti lakukan di tahun ajaran 2017/2018  adalah 1) Kapasitas belajar siswa sangat rendah hal ini harusnya ditunjang orang tua dalam ikut serta mendidik anaknya untuk berkapasitas yang baik dalam belajar. 2) Minat dan Motivasi siswa terhadap materi sangat rendah yang ditunjukkan dengan sikap bosan dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan. 3) Pembelajaran yang kurang inovatif dan menarik dari guru dalam menyampaikan pembelajaran. Adapun hasil evaluasi penilaian deskriptif kuantitatif uji kompetensi yang diberikan adalah 52% dari total ketuntasan pada materi GLB dan GLBB.
Dari permasalahan dan penjabaran yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas guna memenuhi pengembangan kompetensi individual siswa dalam pembelajaran di SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT dengan tujuan meningkatkan motivasi siswa mempunyai minat dan mendapatkan prestasi belajar tinggi di SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT. Penelitian dengan peningkatan prestasi belajar fisika tersebut terfokus untuk mengubah anggapan negatif yang ada dalam pikiran siswa tentang belajar Fisika yang dianggap tidak menyenangkan dan sulit. Implementasi pembelajaran dilaksanakan berdasarkan RPP yang telah dibuat, dan penelitian tersebut dirancang dan akan dilaksanakan di kelas X.2 TL dengan mengambil judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TPTL SMKN 1 SIMPANG EMPAT MELALUI PENERAPAN PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR PADA BAHAN KAJIAN HUKUM GERAK DAN GAYA”, yang dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2018/2019.

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :
1)                  Apakah penerapan Pemberian Tugas Terstruktur dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran  di kelas X.2 TL SMKN 1 Simpang Empat Tahun Pelajaran 2018/2019 pada Semester 1. Yang ditunjukkan dengan hasil  pemahaman konsep belajar yang efektif oleh siswa.
2)                  Apakah penerapan Pemberian Tugas Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada prestasi nilai siswa yang meningkat di kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.
3)                  Apakan penerapan Pemberian Tugas Terstruktur dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar kelompok siswadi kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPATTahun Pelajaran 2018/2019.
4)                  Apakah penerapan Pemberian Tugas Terstruktur dapat meningkatkan pemahaman konsep Belajar yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.
5)                  Apakan penerapan Pemberian Tugas Terstruktur dapat meningkatkan prestasi siswa di kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.

Agar masalah yang teridentifikasi dapat terarah dan dikaji secara mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada peningkatan kualitas pembelajaran dengan penerapan Pemberian Tugas Terstruktur. Beberapa hal yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
1)                  Kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi beberapa indikator, antara lain: (1) Menjelaskan tujuan dari Pemberian Tugas Terstruktur, (2) Menjelaskan langkah Pemberian Tugas Terstruktur, (3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (4) Menyusun Instrumen Angket dan Penilaian terhadapan pelaksanaan Pembelajaran
2)                  Siswa kelas X.2 TL sebagai objek penelitian dikhususkan pada pokok bahasan GLB dan GLBB.
3)                  Ketercapaian dalam penelitian ini adalah sekurang – kurangnya 80% siswa memenuhi standart Kriteria dalam Instrumen Penilaian Penelitian yang telah dibuat.

Dalam suatu penelitian diharapkan mampu untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat secara praktis dan secara teoritis, yaitu :
1)                  Manfaat teoritis
a.       Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya Guru Fisika mengenai penerapan Pemberian Tugas Terstruktur terhadap peningkatan belajar secara efektif dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
b.      Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian-penelitian di masa yang akan datang pada bidang permasalahan yang sejenis.
4)                  Manfaat Praktis
a.       Bagi Siswa
Menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai sasaran, siswa mampu menyesuaikan diri dengan tata tertib yang berlaku disekolah, siswa mampu menciptakan iklim belajar yang efektif dengan Pemberian Tugas Terstruktur sehingga berdampak pada peningkatan belajar secara aktif, kreatif dan pencapaian prestasi belajar siswa.
b.      Bagi Guru
Sebagai masukan bagi Guru Fisika sebagai salah satu pendekatan Pemberian Tugas Terstruktur dengan Pendekatan pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar - guna pencapaian prestasi belajar siswa.

E.     Tujuan Penelitian           
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk  mengetahui Efektivitas penerapan  Pemberian Tugas Terstruktur terhadap prestasi belajar - pokok bahasan GLB dan GLBBkelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
2.      Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui respon (tanggapan) siswa terhadap   penerapan   metode   Tugas Terstruktur  dalam  pelajaran  -  pokok  bahasan GLB dan GLBB pada siswa kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT.
3.      Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam memahami dasar ilmu - dalam perkembangannya sesuai dengan kompetensi yang diajarkan siswa di kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT.

1)                  PTK
Menurut Arikunto, dkk. (2007:58), ada tiga pengertian yang dapat diterangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu :
         Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
         Tindakan  adalah  sesuatu  gerak  kegiatan  yang  sengaja  dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
         Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari seorang guru.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran.
5)                  Kemampuan
Kemampuan: adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menghafal, menulis, mengetik dan sebagainya.

Penelitian dengan Pemberian Tugas Terstruktur ini telah dilaksanakan oleh saudara Yoga Budi Bhakti pada Penelitiannya  di SMA Negeri 70 Jakarta  dengan judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR”. Pada penelitiannya Yoga Budi Bhakti sebagai peneliti berfokus pada pelaksanaan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR.
Hasil   penelitian   Pemberian tugas terstruktur dalam pembelajaran fisika dengan tingkat kesukaran soal berjenjang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA. Penelitian yang dilakukan adalah jenis Peneltian Tindakan Kelas. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pemberian tugas terstruktur dalam pembelajaran fisika mampu meningkatkan hasil belajar fisika. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir dari pemberian tindakan. Untuk siklus pertama, rata-rata hasil belajar diperoleh X1 = 64.3 kemudian untuk siklus kedua, rata-rata hasil belajar diperoleh X2 = 63.5 dan untuk siklus ketiga diperoleh nilai rata-rata hasil belajar X3 = 72.4. Diharapkan dengan penelitian ini guru mulai membiasakan memberikan tugas terstruktur dengan tingkat kesukaran soal berjenjang sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika..
Hubungan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah 1) Pemberian Tugas Terstruktur diharap dapat meningkatkan keefektifan pembalajaran . 2) Tujuan dari penelitian Penemuan meningkatkan stimulasi berfikir menemukan sendiri terhadap siswa dalam penyeledikan masalah dalam mempelajari materi, 3) Dengan Pemberian Tugas Terstruktur  diharapkan anak dapat bertindak menganalisis masalah yang ditemukan dan menemukan pemecahannya berdasarkan penemuan konsep yang dimilikinya. Dari kajian teori yang telah dijabarkan diatas peneliti mengambil metode penelitian Pemberian Tugas Terstruktur dalam rangka meningkatkan kualitas belajar siswa di kelas X.2 TL SMK N 1 Simpang Empat pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.


2.      Metode Pemberian Tugas Terstruktur
Yang dimaksud dengan metode tugas ( Resitasi) menurut Sayiful Sagala adalah “ cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tewrtentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan.” Misalnya tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di luar kelas, di Perpustakaan bahkan di Rumah kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan. Metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah tetapi metode ini lebih luas dari pada pekerjaan rumah saja, karena dalam metode ini terdiri dari tiga fase antara lain: pertama Guru memberikan tugas, kedua siswa melaksanakan tugas, dan ketiga siswa mempertanggung jawabkan apa yang telah dikerjakan.[2]
Dengan cara ini diharapkan agar siswa dapat belajar bebas tetapi bertanggung jawab dan siswa akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan dan mengatasi kesulitan itu, karena dengan tugas maka siswa memiliki kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil siswa yang lain. Merangsang siswa agar lebih giat belajar, memupuk inisiatif bertanggung jawab dan mandiri, memperkaya kegiatan belajar di luar, memperkuat pemahamanSelain itu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajar dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang kurang berguna.
Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran atau meteri  terlalu banyak sementara waktu sedikit dalam kegiatan belajar di kelas. Artinya, banyaknya materi ajar yang tersedia dengan waktu kurang. Agar materi ajar dapat dimengerti, dipahami oleh siswa  dengan waktu yang telah ditentukan oleh kurikulum maka metode ini sangat membantu.
Dalam hal ini tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar pertanyaan (soal) atau perintah melakukan pendataan, mencari penyelesaian dalam buku pelajaran. Dapat juga mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu dan lain sebagainya. Guru memberikan tugas kepada siswa madiri atau kelompok dengan waktu yang ditentukan dan disepakati siswa dan guru harus membahas, menilai hasil tugas madiri atau kelompok. Guru juga memberi motivasi agar siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik kemudian guru menghimbau siswa untuk menyusun hasil tugas baik mandiri atau kelompok. Dengan demikian siswa dapat bertanggung jawab dengan tugasnya, selain itu siswa menjadi lebih paham materi ajar.
Fase-fase dalam memberikan tugas yang baik secara mandiri maupun kelompok:
a.       Guru memberikan tugas
Tugas yang diberikan dari guru kepada siswa baik secara mandiri atau kelompok maka harus memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal berikut:
a)            Tujuan yang akan dicapai.
b)            Jenis tugas, terstruktur atau tak terstruktur agar siswa mengerti dan paham.
c)            Tugas harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d)            Ada petunjuk yang jelas sehingga siswa dapat mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok.
e)            Disediakan waktu yang jelas dan cukup untuk mengerjakan tugas terstruktur dan tidak terstruktur.
b.      Siswa Mempertanggung jawabkan tugas
Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase ini:
1.                  Laporan siswa tertulis dari apa yang dikerjakan.
2.                  Ada diskusi kelompok atau tanya jawab.
3.                  Penilaian atau tanggapan dari siswa yang lain.
Dalam fase mempertanggung jawabkan ini yang disebut dengan  resitasi, adapun menurut Zakiyyah Darajat Pemberian tugas dapat dilakukan dalam beberapa hal, yaitu:
1.                  Siswa diberi tugas mempelajari bagian dari buku teks baik secara kelompok maupun perorangan. Diberi waktu tertentu untuk mengerjakannya, kemudian siswa yang bersangkutan mempertanggungjawabkan.
2.                  Siswa diberi tugas untuk melaksanakan sesuatu yang tujuannya melatih siswa dalam hal yang bersifat kecakapan mental dan motorik.
3.                  Siswa diberi tugas untuk mengatasi masalah tertentu atau problem tertentu dengan cara mencoba untuk mengunkapkan. Dengan tujuan agar siswa biasa berfikir ilmiah(logis dan sistematis) dalam memecahkan suatu masalah atau soal.
4.                  Siswa diberi tugas untuk melaksanakan proyek dengan tujuan agar siswa membiasakan diri untuk bertanggung jawab terhadap penyelesaian suatau masalah, soal, yang telah disediakan dan bagaimana mengolah selanjutnya.
Dalam metode pemberian tugas atau resitasi ini syarat yang harus diketahui oleh guru dan siswa yang diberi tugas yaitu:
1.                  Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga siswa disamping sanggup mengerjakannya juga sanggup mempertanggungjawabkan.
2.                  Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan bahwa tugas yang diberikan kepada siswa akan dapat dilaksanakannya karena sesuai kesanggupan dan kecerdasan yang dimilikinya.
3.                  Guru harus menanamkan kepaqda siswa bahwa tugas  yang diberikan kepada siswa akan dikerjakan atas kesadaran sendiri yang timbul dari hati
4.                  Jenis tugas yang diberikan kepada siswa harus dapt dimengerti benar-benar sehingga siswa tidak ada keraguan dalam melaksanakannya.

Dalam penggunaan suatu metode pasti ada kelebihan dan kekurangan, begitu juga metode ini,
a.       Kelebihan
1)               Siswa dapat lebih memahami sendiri materi ajar sesuai dengan pengetahuan yang dicari sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama dalam ingatan.
2)               Mengembangkan daya berfikir sendiri, daya inisiatif, kreatif, tanggung jawab dan melatih mandiri.
3)               Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas individual maupun kelompok.
b.      Kekurangan Metode Penugasan (Resitasi)
1)                  Siswa sulit dikontrol aktifitasnya dalam mengerjakan tugas, apakah benar mengerjakan dengan kemampuan dan usahanya atau hanya meniru pekerjaan temannya
2)                  Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lain tidak ikut berpartisipasi dengan baik.
3)                  Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang monoton sehingga dapat menimbulkan kebosanan siswa.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam kerangka teori pada sub bab diatas maka dapat disimpulkan beberapa indikasi yang peneliti lakukan dalam rangka tindakan penelitian yang harus dilaksanakan adalah berdasarkan kerangka yang dijelaskan pada gambar berikut :
Gambar  1.                        Alur Kerangka Berfikir Penelitian - Pemberian Tugas Terstruktur di SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT tahun ajaran 2018/2019

Berdasarkan hasil Observasi dan Analisa yang peneliti teliti di SMK Negeri 1 Simpang Empat bahwa kegiatan pembelajaran pada tahun Ajaran 2017/2018 mempunyai dampak buruk terhadap ketuntasan siswa pada materi GLB dan GLBB (Pembelajaran Fisika) tahun ajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dengan hasil prestasi siswa belajar sangat turun. Hampir rata-rata ketuntasan siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan oleh SMK N 1 Simpang Empat yakni 75. Dan jumlah rata-rata hasil dari ketuntasan siswa adalah 52%. Hasil tersebut ditakutkan akan mempengaruhi ketidak tuntasan siswa dalam mengikuti Ujian Nasional yang tiap tahun akan diselenggarakan dan tentunya berdampak buruk terhadap kualitas pendidikan di SMK Negeri 1 Simpang Empat.
Pembelajaran kurikulum 2013 dan segala macam bentuk perubahannya berdampak kompleks multidimensional yakni seorang pendidik dan yang terdidik diharuskan memahami konsep dan cara belajar yang efektif dan efisien. Dampak tersebut mempengaruhi kualitas guru dalam menyampaikan materi dan pengawasan terhadap murid. Guru disibukkan dengan administrasi dan laporan yang harus dikerjakan sedangkan murid dituntut untuk mempunyai konsep belajar mandiri. Hal ini tentunya perlu diadakan bimbingan konseling untuk murid dalam menemukan konsep belajarnya dan memberi pengertian secara mendalam tentang konsep belajar yang efektif dan efisien yang bersumber dari perilaku dan sikap murid itu sendiri.
Atas dasar hal yang telah dijabarkan diatas maka peneliti sebagai Guru Fisika di SMKN 1 Simpang Empat mengadakan penelitian dengan tujuan memberikan pengetahuan dan motivasi terhadap siswa tentang konsep belajar yang tepat dan efektif berdasarkan  kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan belajar Fisika  dikehidupannya.



Hipotesis yaitu suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1993:62). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui metode Pemberian Tugas Terstruktur diharapkan siswa kelas X.2 TL SMK N 1 Simpang Empat tahun ajaran 2018/2019 dapat meningkatkan prestasi belajar,keefektifan dan keaktifan proses pembelajaran  Fisika materi GLB dan GLBB sehingga siswa mampu menemukan sendiri konsep belajar yang tepat bagi dirinya.



[1] suadinmath. (2010, Mei 14). EVALUASI PEMBELAJARAN DI KELAS. Diambil kembali dari suaidinmath.wordpress.com: https://suaidinmath.wordpress.com/2010/05/14/evaluasi-pembelajaran-di-kelas/

[2] iwanlukman. (2016, Juni 24). Metode Penugasan (Resitasi). Diambil kembali dari iwanlukman.blogspot.com: https://iwanlukman.blogspot.com/2016/06/metode-penugasan-resitasi.html





WA ONLY : 081228352992

PTK BK UPAYA MENINGKATKAN RENDAHNYA MOTIVASI PEMBELAJARAN DIKELAS MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK



Setiap pembaharuan merupakan usaha yang kompleks dan multidimensional. Berbagai kesulitan harus diatasi yang memerlukan banyak pemikiran, biaya, waktu dan frustasi. Mengadakan pembaharuan secara individual dan terbatas lebih mudah dari pada pembaharuan pada skala institusional. Kesulitan dihadapi, karena dalam lembaga pendidikan sering tidak terdapat suatu kebulatan dalam metode dan pendekatan belajar mengajar. Tiap pengajar memberikan pelajaran menurut selera masing-masing. Kepentingan pribadi pengajar sering merupakan halangan kearah perubahan yang trampil dan mampu meniadakan konflik dan pertentangan serta menggembleng segala tenaga dalam usaha mewujudkan perubahan dan pembaharuan pendidikan.
Belajar merupakan proses kegiatan yang dapat membawa perubahan individu. Dalam kenyataan belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Hamalik (1983 : 28) mengatakan bahwa: “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku baru berkat pengalaman dan latihan”.
Muhammad (1999 : 37) mengatakan bahwa belajar adalah pekerjaan yang harus dikerjakan sendiri, diusahakan sendiri dan tidak dapat menugaskan orang lain untuk mengerjakannya. Belajar merupakan jenis pekerjaan yang harus melibatkan diri secara langsung kedalam pekerjaan itu. Hal ini berarti bahwa apabila seseorang mau belajar atau ingin mempelajari sesuatu, maka dia sendirilah yang harus mempelajarinya. Dia tidak dapat memerintah atau menyewa orang lain untuk kepentingannya, melainkan harus terlibat langsung dalam proses belajar ini.
Menurut arti secara psikologis, belajar sebagai suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut dapat diwujudkan dalam seluruh aspek tingkah laku. Sehubungan dengan hal tersebut, Soeyanto (1981 : 12) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang terus menerus pada diri manusia karena usaha untuk mencapai kehidupan atas bimbingan dan sesuai dengan cita-cita dan falsafah hidupnya.
Dapat dikatakan pula bahwa belajar ialah perubahan dalam diri seseorang yang bersifat kemajuan atau penyempurnaan kepribadian. Kemajuan dan penyempurnaan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak didik yang sedang menuju kedewasaan. Perubahan yang terjadi pada diri anak didik tersebut banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya. Oleh karena itu sudah tentu tidak semua perubahan dalam diri anak didik merupakan perubahan dalam arti belajar. Contohnya: perubahan tingkah laku seseorang dalam keadaan tidak sadarkan diri, perubahan yang terjadi ini merupakan perubahan dalam pengertian belajar. Dengan demikian perlu dikemukakan cirri-ciri perubahan tingkah laku dalam arti belajar, sebagai berikut :
1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
Perubahan yang terjadi bila individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan terjadinya perubahan dalam dirinya. Contohnya, ia sadar bahwa pengetahuan, kecakapan dan kebiasaannya bertambah.
2. Perubahan dalam belajar yang bersifat kontinyu dan fungsional.
Perubahan yang terjadi dari hasil belajar dalam diri seseorang berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Jika perubahan yang satu terjadi akan menyebabkan perubahan yang berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses berikutnya. Misalnya jika seseorang anak belajar membaca maka ia akan mengalami perubahan dari tidak tahu membaca menjadi tahu membaca.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Dalam kegiatan belajar perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi semakin banyak usaha belajar yang ia lakukan maka akan makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif berarti perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha seseorang yang belajar. Misalnya, adanya perubahan tingkah karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya akibat adanya dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam arti belajar.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara hanya terjadi untuk sementara saja seperti keluar air mata, berkeringat dan sebagainya. Perubahan ini tidak dapat digolongkan perubahan dalam arti belajar. Jadi perubahan yang terjadi dalam proses belajar yang bersifat menetap. Hal ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
Menurut Sardiman (2000 – 71) bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana seseorang mencari tahu sesuatu yang belum diketahuinya sehingga lebih mengetahui dan memahaminya. Pengertian ini lebih ditujukan pada proses mencari tahu apa yang belum diketahui sebelumnya. Belajar ialah kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok dalam rangka mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Disini terlihat bahwa belajar lebih ditujukan pada upaya memperluas pengetahuan pada sesuatu hal (Mulyani, 1998 :129).
Sementara Utari (1991 – 56) menguraikan pengertian belajar dengan mengatakan : “… bahwa seseorang dikatakan melakukan kegiatan belajar bila dia menambah pengetahuan, pemahaman, atau kerampilannya dalam suatu proses yang memakai waktu tertentu.” Jadi, belajar disini dapat dilihat dari adanya tambahan pengetahuan, pemahaman atau ketrampilan yang dimiliki seseorang. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk menambah pengetahuan yang telah dimiliki (Maskul, 1998 : 215).
Cara belajar yang berguna mengandung asas-asas keteraturan, disiplin dan konsentrasi. Asas keteraturan yaitu seseorang akan belajar dengan teratur setiap hari, apakah itu mengikat pelajaran di kelas, mencoba buku pelajaran, membuat catatan ataupun dalam menyiapkan alat perlengkapan. Asas disiplin yaitu seseorang yang disiplin dalam melaksanakan pedoman-pedoman yang baik dalam belajar. Godaan-godaan yang bermaksud menangguhkan usaha belajar dihalangi dengan disiplin diri. Sedangkan asas konsentrasi yaitu seseorang akan belajar dengan penuh perhatian. Dengan demikian apa yang akan dipelajari akan mudah dimengerti (Gie, 1984 : 45).
Cara belajar bukanlah bakat yang dibawa sejak lahir. Itu merupakan suatu kecakapan yang dimiliki oleh anak didik dengan jalan latihan. Dan itu juga akan menjadi suatu kebiasaan kalau dipraktekkan setiap hari. Orang yang mempunyai kemampuan intelektual yang tinggipun akan mengalami kesulitan dalam belajar karena tidak tahu tentang cara-cara belajar yang baik. Dia tidak tahu cara belajar yang baik untuk menyusun bahan pelajaran dan menggunakan waktu secara berdaya guna. Cara-cara belajar diterapkan dalam setiap kegiatan belajar. Seseorang yang belajar di Perguruan Tinggi akan mempunyai kegiatan-kegiatan belajar seperti mengikuti kegiatan belajar mengajar, menulis laporan, menempuh ujian dan sebagainya.
Sehubungan dengan kegiatan-kegiatan tersebut dikemukakan beberapa pendapat tentang cara-cara belajar. Gie (1984 : 52) mengemukakan bagaimana cara-cara belajar yang efisien di sekolah menengah menyangkut cara mengatur waktu, mengikuti kegiatan belajar mengajar, membaca buku, membuat ringkasan, menghafal pelajaran, menulis karangan ilmiah dan menempuh ujian.
Senada dengan Gie, Surachmad (1980 : 72) mengemukakan cara-cara belajar yang terbaik di sekolah menengah dalam lima langkah yaitu mengikuti KBM secara cermat, belajar sendiri dan berkelompok secara efektif, membaca karya ilmiah secara baik dan menempuh ujian dengan hasil maksimal.
Meskipun kesadaran peran guru di SMKN 1 Simpang Empat telah diimplementasikan secara baik seiring perbaikannya berdasarkan kurikulum pembaharauan oleh pemerintah, namun perlu diperhatikan mengenai rendahnya prestasi siswa ditahun ajaran 2018/2019 sampai 2018/2019. Pada ujian akhir semester tahun ajaran 2018/2019 pemenuhan kriteria ketuntasan minimal yang dicapai siswa pada kelas X  secara umum dicapai dengan presentase ketuntasan 65%, sedangkan untuk kelas XI dicapai dengan ketuntasan 68%, hal ini tentunya berdampak pada penurunan kelulusan siswa pada Ujian Nasional yang akan diadakan mendatang. Penurunan kualitas ini tentunya dikarnakan faktor rendahnya kualitas belajar siswa dan beberapa pengaruh yang harus diselediki oleh peneliti.  Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran, karena guru adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas, bahkan sebagai pelaksana pendidikan di sekolah.
Pada kenyataan di lapangan, pembelajaran yang dilakukan lebih menempatkan peserta didik sebagai objek. Pembelajaran berjalan sebagai proses penyampaian materi atau konsep sehingga terkesan monoton dalam prosesnya bahkan kadang metode yang digunakan tidak sesuai. Para guru tentu telah berusaha namun - terkadang karena faktor tertentu yang tentunya beragam - hasil usahanya tidak sesuai dengan harapan. Peserta didik hanya menerima materi tanpa adanya pemahaman nilai-nilai serta manfaat yang ada pada materi pelajaran tersebut. Akibatnya, pembelajaran menjadi tidak menarik. Ditinjau dari kompetensi pedagogik yang belum tuntas tersebut, hal ini berarti masih terdapat faktor lain yang dapat digali sebagai sumber pemenuhan kualitas dan keefektifan pembelajaran di SMK N 1 Simpang Empat.
Faktor lain tersebut bisa bersumber dari siswa itu sendiri, hal ini tentunya dapat digali secara mendalam untuk mengetahui beberapa faktor penyebab menurunnya kualitas siswa dalam belajar. Faktor  yang mempengaruhi seseorang dalam belajar itu banyak jenisnya. Faktor – faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intern yang berasal dari dalam dan factor ekstern atau berasal dari luar. Factor intern banyak dipengaruhi dari dalamdiri siswa itu sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah  dan lingkungan masyarakat. Antar kedua faktor itu masing masing bisa mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan prestasinya yang diperoleh dengan cara belajar.
Dari permasalahan dan penjabaran yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas guna memenuhi pengembangan kompetensi individual siswa dalam pembelajaran di SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT dengan tujuan meningkatkan motivasi siswa mempunyai minat dan mendapatkan prestasi belajar tinggi di SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT. Implementasi pembelajaran dilaksanakan berdasarkan RPP yang telah dibuat, dan penelitian tersebut dirancang dan akan dilaksanakan di kelas X.2 dengan mengambil judul “UPAYA MENINGKATKAN RENDAHNYA MOTIVASI PEMBELAJARAN DIKELAS MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X. 2 SMKN 1 SIMPANG EMPAT”, yang dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2018/2019.

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :
1)                  Apakah penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran  di kelas X.2 SMKN 1 Simpang Empat Tahun Pelajaran 2018/2019 pada Semester 1. Yang ditunjukkan dengan hasil  pemahaman konsep belajar yang efektif oleh siswa.
2)                  Apakah penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada aspek minat belajar siswa yang meningkat di kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.
3)                  Apakan penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar kelompok siswadi kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPATTahun Pelajaran 2018/2019.
4)                  Apakah penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep Belajar yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.
5)                  Apakan penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan prestasi siswa di kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.

Agar masalah yang teridentifikasi dapat terarah dan dikaji secara mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada peningkatan kualitas pembelajaran dengan penerapan bimbingan konseling kelompok. Beberapa hal yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
1)                  Kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi beberapa indikator, antara lain: (1) Menjelaskan tujuan dari bimbingan konseling kelompok, (2) Menjelaskan langkah bimbingan konseling kelompok, (3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (4) Menyusun Instrumen Angket dan Penilaian terhadapan pelaksanaan Pembelajaran
2)                  Siswa kelas X.2 sebagai objek penelitian dikhususkan pada pokok bahasan Layanan Bimbingan Konseling Kelompok.
3)                  Ketercapaian dalam penelitian ini adalah sekurang – kurangnya 80% siswa memenuhi standart Kriteria dalam Instrumen Penilaian Penelitian yang telah dibuat.

Dalam suatu penelitian diharapkan mampu untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat secara praktis dan secara teoritis, yaitu :
1)                  Manfaat teoritis
a.       Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya GURU BK mengenai penerapan bimbingan konseling kelompok terhadap peningkatan belajar secara efektif dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
b.      Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian-penelitian di masa yang akan datang pada bidang permasalahan yang sejenis.
4)                  Manfaat Praktis
a.       Bagi Siswa
Menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai sasaran, siswa mampu menyesuaikan diri dengan tata tertib yang berlaku disekolah, siswa mampu menciptakan iklim belajar yang efektif dengan bimbingan konseling kelompok sehingga berdampak pada peningkatan belajar secara aktif, kreatif dan pencapaian prestasi belajar siswa.
b.      Bagi Guru
Sebagai masukan bagi GURU BK sebagai salah satu pendekatan bimbingan konseling kelompok dengan Pendekatan pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar - guna pencapaian prestasi belajar siswa.

E.     Tujuan Penelitian           
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk  mengetahui Efektivitas penerapan  bimbingan konseling kelompok terhadap prestasi belajar - pokok bahasan Layanan Bimbingan Konseling Kelompokkelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPATSemester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
2.      Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui respon (tanggapan) siswa terhadap   penerapan   metode   pembelajaran   Drill  dalam  pelajaran  -  pokok  bahasan Layanan Bimbingan Konseling Kelompokpada siswa kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT.
3.      Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam memahami dasar ilmu - dalam perkembangannya sesuai dengan kompetensi yang diajarkan siswa di kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT.

1)                  PTK
Menurut Arikunto, dkk. (2007:58), ada tiga pengertian yang dapat diterangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu :
         Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
         Tindakan  adalah  sesuatu  gerak  kegiatan  yang  sengaja  dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
         Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari seorang guru.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran.
5)                  Kemampuan
Kemampuan: adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menghafal, menulis, mengetik dan sebagainya.




Penelitian dengan bimbingan konseling kelompok ini telah dilaksanakan oleh saudara Kiki Elistina pada Penelitiannya  di SMP Negeri 3 Depok dengan judul “Konseling Kelompok terhadap Siswa dalam Mengatasi Kesulitan Belajar di SMP Negeri 3 Depok”. Pada penelitiannya Kiki Elistina sebagai peneliti berfokus pada pelaksanaan konseling kelompok terhadap siswa dalam mengatasi kesulitan belajar di SMP Negeri 3 Depok.[1]
Hasil   penelitian   menunjukkan   bahwa pelaksanaan konseling kelompok terhadap siswa dalam mengatasi kesulitan siswa di SMP Negeri 3 Depok melalui beberapa tahap yaitu perencanaan konseling kelompok (Pembentukan kelompok, membuat tujuan konseling kelompok, menentukan waktu, menentukan materi konseling). Tahap transisi tahap kegiatan konseling kelompok, tahap akhir dan konseling maupun tindak lanjut. Hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan pengambilan keputusan bidang karier pada siswa sebelum di berikan perlakuan berupa konseling kelompok dengan persentase rata-rata sebesar 58,49%, termasuk dalam kategori rendah, setelah di berikan perlakuan berupa konseling kelompok meningkat dengan persentase rata-rata sebesar 78,63%, termasuk dalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan belajar siswa  di SMP N 3 Depok.
Hubungan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah 1) Bimbingan konseling kelompok diharap dapat meningkatkan keefektifan pembalajaran . 2) Tujuan dari penelitian Penemuan meningkatkan stimulasi berfikir menemukan sendiri terhadap siswa dalam penyeledikan masalah dalam mempelajari materi, 3) Dengan bimbingan konseling kelompok  diharapkan anak dapat bertindak menganalisis masalah yang ditemukan dan menemukan pemecahannya berdasarkan penemuan konsep yang dimilikinya. Dari kajian teori yang telah dijabarkan diatas peneliti mengambil metode penelitian bimbingan konseling kelompok dalam rangka meningkatkan kualitas belajar siswa di kelas X.2 SMK N 1 Simpang Empat pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.


2.      Metode Bimbingan Konseling Kelompok
Bimbingan dan konseling adalah upaya yang dilakukan seorang ahli konselor untuk membantu dalam menyelasaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi klien. Yang membedakan keduanya adalah pada orientasi penyelesaian maslah dimana bimbingan lebih mengarahkan klien kepada apa yang diharapakan dalam mengebangkan dirinya dan sarana yang ada sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sedangkan konseling lebih berorientasi pada bantuan yang diberikan kepada klien yang mengalami suatu masalah sehingga masalah tersebut dapat teratasi.
Metode merupakan suatu jalur atau jalan yang harus dilalui untuk pencapaian suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta berarti memalui dan hodos berarti jalan. Dalam bimbingan dan konseling bisa dikatakan sebagai suatu cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Secara umum ada dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu pertama, metode bimbingan individual, dan kedua,metode bimbingan kelompok . Metode bimbingan kelompok di kenal juga dengan bimbingan (group guidance) sedangkan metode bimbingan individual dikenal dengan individual konseling. Namun makalah ini akan membahas mengenai metode bimbingan kelompok.
Romlah (2006) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok sebagai bantuan terhadap siswa yang dilaksanakan dalam situasi kelompok dan bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok yang membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
Surya dan Natawidjaja (dalam Rusmana, 2009) mengemukakan beberapa keuntungan dari layanan bimbingan kelompok, diantaranya: 1) bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efisien, 2) bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau beberapa orang individu terhadap kelompok lainnya, 3) dalam bimbingan kelompok terjadi saling tukar pengalaman (sharing experience) di antara para anggotanya sehingga dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku individu, 4) bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari konseling individual, 5) bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik konseling individual, 6) bimbingan kelompok dapat digunakan sebagai substitusi, yaitu dilaksanakan karena kasus tidak dapat ditangani dengan teknik lain, dan 7) dalam bimbingan kelompok terdapat kesempatan untuk menyegarkan watak para anggotanya.
Teknik-teknik bimbingan kelompok adalah cara-cara bagaimana kegiatan bimbingan kelompok dilaksanakan Kegiatan bimbingan kelompok menggunakan basis kurikuler dan sebagian besar kegiatannya berupa kegiatan di kelas dengan menggunakan kegiatan pemberian informasi, tanya jawab, diskusi, dan kegiatan latihan dalam kelompok-kelompok kecil, maka aktivitas siswa dalam kegiatan-kegiatan itu sangat penting. Teknik bukan merupakan tujuan tetapi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan bimbingan.Berikut ini adalah beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu antara lain:
i.        Teknik Pemberian Informasi
Teknik pemberian informasi tidak asing lagi bagi kita karena sering juga disebut dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seseorang pembicara kepada sekelompok pendenggar. Bisa juga diberikan secara tertulis misal pada papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman, selebaran,vedeo, dan film.
Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan
3.      Penilaian (Jascobsen,dkk.1985 dalam Tatiek Romlah MA)
keuntungan-keuntungan teknik pemberian informasi : dapat melayani banyak orang, tidak membutuhkan banyaaak orang sehingga efisien, tidak terlalu banyak menggunakan fasilitas untuk melaksanakannya,mudah dilaksanakan, jika pembicara pandai menggunakan gambar dengan kata-kata bahannya akan menjadi menarik.
Kelemahanya teknik pemberihan informasi adalah: bisanya ada pertolongan sehingga membosankan, individu yang mendengar kurang aktif, memerlukan keterampilan untuk berbicara supaya penjelasan menjadi menarik.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pemberian informasi Perlu dipikirkan kembali apakah cara yang digunakan tepat untuk diberikan pada individu-individu yang dibimbing, Menyiapkan bahan informasi sebaik-baiknya, Menyiapkan bahan sendiri sehingga konseli dapat mempelajarinya, Usahakan beragai variasi penyampaian agar pendengar menjadi lebih aktif, Gunakan berbagai alat bantu yang dapat memperjelas pengertian pendengar terhadap bahan yang disampaikan.
ii.      Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin.
iii.    Teknik pemecahan masalah
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah:
1.      Mengidenfikasi dan merumuskan masalah
2.      Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
3.      Mencari alternatif pemecahan masalah
4.      Menguji kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan masing-masing alternatif
5.      Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan
6.      mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai (Zastrow, 1987 dalam Tatiek Romlah MA)
7.      Permainan Peranan

i.        Metode Konseling Kelompok
Penyelenggaraan konseling kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan yang memadai dari awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya. Berikut langkah-langkah yang dapat ditempuh:
1.      Menetapkan terlebih dahulu masalah yang menarik perhatian
2.      Ceritakan kepada kelompok mengenai isi masalah dalam konteks cerita tersebut
3.      Tetapkan siapa yang akan menjadi sukarelawan memainkan perannya didepan kelompok
4.      Jelaskan kepada kelompok mengenai peran anggota kelompok pada waktu sosiodrama berlangsu
5.      Beri kesempatan kepada para pemain untuk berundingsebelum memainkan perannya
6.      Akhiri sosiodrama jika situasi perbincangan mencapai pada ketengangan
7.      Akhiri sosiodrama dengan diskusi untuk memecahkan masalah yang ada pada sosiodrama.
8.      Lakukan evaluasi untuk melihat perubahan tingkah laku.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam kerangka teori pada sub bab diatas maka dapat disimpulkan beberapa indikasi yang peneliti lakukan dalam rangka tindakan penelitian yang harus dilaksanakan adalah berdasarkan kerangka yang dijelaskan pada gambar berikut :



[1] diglib uin. (2014). KONSELING KELOMPOK TERHADAP SISWA DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR ID SMP NEGERI 3 DEPOK. Diambil kembali dari diglib.uin-suka: http://digilib.uin-suka.ac.id/13024/1/BAB%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf





HUBUNGI : 081228352992 / WA ONLY