Breaking News
Loading...

Monday, January 7, 2019

PTK BK UPAYA MENINGKATKAN RENDAHNYA MOTIVASI PEMBELAJARAN DIKELAS MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK



Setiap pembaharuan merupakan usaha yang kompleks dan multidimensional. Berbagai kesulitan harus diatasi yang memerlukan banyak pemikiran, biaya, waktu dan frustasi. Mengadakan pembaharuan secara individual dan terbatas lebih mudah dari pada pembaharuan pada skala institusional. Kesulitan dihadapi, karena dalam lembaga pendidikan sering tidak terdapat suatu kebulatan dalam metode dan pendekatan belajar mengajar. Tiap pengajar memberikan pelajaran menurut selera masing-masing. Kepentingan pribadi pengajar sering merupakan halangan kearah perubahan yang trampil dan mampu meniadakan konflik dan pertentangan serta menggembleng segala tenaga dalam usaha mewujudkan perubahan dan pembaharuan pendidikan.
Belajar merupakan proses kegiatan yang dapat membawa perubahan individu. Dalam kenyataan belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Hamalik (1983 : 28) mengatakan bahwa: “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku baru berkat pengalaman dan latihan”.
Muhammad (1999 : 37) mengatakan bahwa belajar adalah pekerjaan yang harus dikerjakan sendiri, diusahakan sendiri dan tidak dapat menugaskan orang lain untuk mengerjakannya. Belajar merupakan jenis pekerjaan yang harus melibatkan diri secara langsung kedalam pekerjaan itu. Hal ini berarti bahwa apabila seseorang mau belajar atau ingin mempelajari sesuatu, maka dia sendirilah yang harus mempelajarinya. Dia tidak dapat memerintah atau menyewa orang lain untuk kepentingannya, melainkan harus terlibat langsung dalam proses belajar ini.
Menurut arti secara psikologis, belajar sebagai suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut dapat diwujudkan dalam seluruh aspek tingkah laku. Sehubungan dengan hal tersebut, Soeyanto (1981 : 12) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang terus menerus pada diri manusia karena usaha untuk mencapai kehidupan atas bimbingan dan sesuai dengan cita-cita dan falsafah hidupnya.
Dapat dikatakan pula bahwa belajar ialah perubahan dalam diri seseorang yang bersifat kemajuan atau penyempurnaan kepribadian. Kemajuan dan penyempurnaan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak didik yang sedang menuju kedewasaan. Perubahan yang terjadi pada diri anak didik tersebut banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya. Oleh karena itu sudah tentu tidak semua perubahan dalam diri anak didik merupakan perubahan dalam arti belajar. Contohnya: perubahan tingkah laku seseorang dalam keadaan tidak sadarkan diri, perubahan yang terjadi ini merupakan perubahan dalam pengertian belajar. Dengan demikian perlu dikemukakan cirri-ciri perubahan tingkah laku dalam arti belajar, sebagai berikut :
1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
Perubahan yang terjadi bila individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan terjadinya perubahan dalam dirinya. Contohnya, ia sadar bahwa pengetahuan, kecakapan dan kebiasaannya bertambah.
2. Perubahan dalam belajar yang bersifat kontinyu dan fungsional.
Perubahan yang terjadi dari hasil belajar dalam diri seseorang berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Jika perubahan yang satu terjadi akan menyebabkan perubahan yang berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses berikutnya. Misalnya jika seseorang anak belajar membaca maka ia akan mengalami perubahan dari tidak tahu membaca menjadi tahu membaca.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Dalam kegiatan belajar perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi semakin banyak usaha belajar yang ia lakukan maka akan makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif berarti perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha seseorang yang belajar. Misalnya, adanya perubahan tingkah karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya akibat adanya dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam arti belajar.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara hanya terjadi untuk sementara saja seperti keluar air mata, berkeringat dan sebagainya. Perubahan ini tidak dapat digolongkan perubahan dalam arti belajar. Jadi perubahan yang terjadi dalam proses belajar yang bersifat menetap. Hal ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
Menurut Sardiman (2000 – 71) bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana seseorang mencari tahu sesuatu yang belum diketahuinya sehingga lebih mengetahui dan memahaminya. Pengertian ini lebih ditujukan pada proses mencari tahu apa yang belum diketahui sebelumnya. Belajar ialah kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok dalam rangka mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Disini terlihat bahwa belajar lebih ditujukan pada upaya memperluas pengetahuan pada sesuatu hal (Mulyani, 1998 :129).
Sementara Utari (1991 – 56) menguraikan pengertian belajar dengan mengatakan : “… bahwa seseorang dikatakan melakukan kegiatan belajar bila dia menambah pengetahuan, pemahaman, atau kerampilannya dalam suatu proses yang memakai waktu tertentu.” Jadi, belajar disini dapat dilihat dari adanya tambahan pengetahuan, pemahaman atau ketrampilan yang dimiliki seseorang. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk menambah pengetahuan yang telah dimiliki (Maskul, 1998 : 215).
Cara belajar yang berguna mengandung asas-asas keteraturan, disiplin dan konsentrasi. Asas keteraturan yaitu seseorang akan belajar dengan teratur setiap hari, apakah itu mengikat pelajaran di kelas, mencoba buku pelajaran, membuat catatan ataupun dalam menyiapkan alat perlengkapan. Asas disiplin yaitu seseorang yang disiplin dalam melaksanakan pedoman-pedoman yang baik dalam belajar. Godaan-godaan yang bermaksud menangguhkan usaha belajar dihalangi dengan disiplin diri. Sedangkan asas konsentrasi yaitu seseorang akan belajar dengan penuh perhatian. Dengan demikian apa yang akan dipelajari akan mudah dimengerti (Gie, 1984 : 45).
Cara belajar bukanlah bakat yang dibawa sejak lahir. Itu merupakan suatu kecakapan yang dimiliki oleh anak didik dengan jalan latihan. Dan itu juga akan menjadi suatu kebiasaan kalau dipraktekkan setiap hari. Orang yang mempunyai kemampuan intelektual yang tinggipun akan mengalami kesulitan dalam belajar karena tidak tahu tentang cara-cara belajar yang baik. Dia tidak tahu cara belajar yang baik untuk menyusun bahan pelajaran dan menggunakan waktu secara berdaya guna. Cara-cara belajar diterapkan dalam setiap kegiatan belajar. Seseorang yang belajar di Perguruan Tinggi akan mempunyai kegiatan-kegiatan belajar seperti mengikuti kegiatan belajar mengajar, menulis laporan, menempuh ujian dan sebagainya.
Sehubungan dengan kegiatan-kegiatan tersebut dikemukakan beberapa pendapat tentang cara-cara belajar. Gie (1984 : 52) mengemukakan bagaimana cara-cara belajar yang efisien di sekolah menengah menyangkut cara mengatur waktu, mengikuti kegiatan belajar mengajar, membaca buku, membuat ringkasan, menghafal pelajaran, menulis karangan ilmiah dan menempuh ujian.
Senada dengan Gie, Surachmad (1980 : 72) mengemukakan cara-cara belajar yang terbaik di sekolah menengah dalam lima langkah yaitu mengikuti KBM secara cermat, belajar sendiri dan berkelompok secara efektif, membaca karya ilmiah secara baik dan menempuh ujian dengan hasil maksimal.
Meskipun kesadaran peran guru di SMKN 1 Simpang Empat telah diimplementasikan secara baik seiring perbaikannya berdasarkan kurikulum pembaharauan oleh pemerintah, namun perlu diperhatikan mengenai rendahnya prestasi siswa ditahun ajaran 2018/2019 sampai 2018/2019. Pada ujian akhir semester tahun ajaran 2018/2019 pemenuhan kriteria ketuntasan minimal yang dicapai siswa pada kelas X  secara umum dicapai dengan presentase ketuntasan 65%, sedangkan untuk kelas XI dicapai dengan ketuntasan 68%, hal ini tentunya berdampak pada penurunan kelulusan siswa pada Ujian Nasional yang akan diadakan mendatang. Penurunan kualitas ini tentunya dikarnakan faktor rendahnya kualitas belajar siswa dan beberapa pengaruh yang harus diselediki oleh peneliti.  Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran, karena guru adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas, bahkan sebagai pelaksana pendidikan di sekolah.
Pada kenyataan di lapangan, pembelajaran yang dilakukan lebih menempatkan peserta didik sebagai objek. Pembelajaran berjalan sebagai proses penyampaian materi atau konsep sehingga terkesan monoton dalam prosesnya bahkan kadang metode yang digunakan tidak sesuai. Para guru tentu telah berusaha namun - terkadang karena faktor tertentu yang tentunya beragam - hasil usahanya tidak sesuai dengan harapan. Peserta didik hanya menerima materi tanpa adanya pemahaman nilai-nilai serta manfaat yang ada pada materi pelajaran tersebut. Akibatnya, pembelajaran menjadi tidak menarik. Ditinjau dari kompetensi pedagogik yang belum tuntas tersebut, hal ini berarti masih terdapat faktor lain yang dapat digali sebagai sumber pemenuhan kualitas dan keefektifan pembelajaran di SMK N 1 Simpang Empat.
Faktor lain tersebut bisa bersumber dari siswa itu sendiri, hal ini tentunya dapat digali secara mendalam untuk mengetahui beberapa faktor penyebab menurunnya kualitas siswa dalam belajar. Faktor  yang mempengaruhi seseorang dalam belajar itu banyak jenisnya. Faktor – faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intern yang berasal dari dalam dan factor ekstern atau berasal dari luar. Factor intern banyak dipengaruhi dari dalamdiri siswa itu sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah  dan lingkungan masyarakat. Antar kedua faktor itu masing masing bisa mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan prestasinya yang diperoleh dengan cara belajar.
Dari permasalahan dan penjabaran yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas guna memenuhi pengembangan kompetensi individual siswa dalam pembelajaran di SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT dengan tujuan meningkatkan motivasi siswa mempunyai minat dan mendapatkan prestasi belajar tinggi di SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT. Implementasi pembelajaran dilaksanakan berdasarkan RPP yang telah dibuat, dan penelitian tersebut dirancang dan akan dilaksanakan di kelas X.2 dengan mengambil judul “UPAYA MENINGKATKAN RENDAHNYA MOTIVASI PEMBELAJARAN DIKELAS MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X. 2 SMKN 1 SIMPANG EMPAT”, yang dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2018/2019.

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :
1)                  Apakah penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran  di kelas X.2 SMKN 1 Simpang Empat Tahun Pelajaran 2018/2019 pada Semester 1. Yang ditunjukkan dengan hasil  pemahaman konsep belajar yang efektif oleh siswa.
2)                  Apakah penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada aspek minat belajar siswa yang meningkat di kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.
3)                  Apakan penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar kelompok siswadi kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPATTahun Pelajaran 2018/2019.
4)                  Apakah penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep Belajar yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.
5)                  Apakan penerapan bimbingan konseling kelompok dapat meningkatkan prestasi siswa di kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.

Agar masalah yang teridentifikasi dapat terarah dan dikaji secara mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada peningkatan kualitas pembelajaran dengan penerapan bimbingan konseling kelompok. Beberapa hal yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
1)                  Kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi beberapa indikator, antara lain: (1) Menjelaskan tujuan dari bimbingan konseling kelompok, (2) Menjelaskan langkah bimbingan konseling kelompok, (3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (4) Menyusun Instrumen Angket dan Penilaian terhadapan pelaksanaan Pembelajaran
2)                  Siswa kelas X.2 sebagai objek penelitian dikhususkan pada pokok bahasan Layanan Bimbingan Konseling Kelompok.
3)                  Ketercapaian dalam penelitian ini adalah sekurang – kurangnya 80% siswa memenuhi standart Kriteria dalam Instrumen Penilaian Penelitian yang telah dibuat.

Dalam suatu penelitian diharapkan mampu untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat secara praktis dan secara teoritis, yaitu :
1)                  Manfaat teoritis
a.       Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya GURU BK mengenai penerapan bimbingan konseling kelompok terhadap peningkatan belajar secara efektif dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
b.      Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian-penelitian di masa yang akan datang pada bidang permasalahan yang sejenis.
4)                  Manfaat Praktis
a.       Bagi Siswa
Menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai sasaran, siswa mampu menyesuaikan diri dengan tata tertib yang berlaku disekolah, siswa mampu menciptakan iklim belajar yang efektif dengan bimbingan konseling kelompok sehingga berdampak pada peningkatan belajar secara aktif, kreatif dan pencapaian prestasi belajar siswa.
b.      Bagi Guru
Sebagai masukan bagi GURU BK sebagai salah satu pendekatan bimbingan konseling kelompok dengan Pendekatan pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar - guna pencapaian prestasi belajar siswa.

E.     Tujuan Penelitian           
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk  mengetahui Efektivitas penerapan  bimbingan konseling kelompok terhadap prestasi belajar - pokok bahasan Layanan Bimbingan Konseling Kelompokkelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPATSemester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
2.      Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui respon (tanggapan) siswa terhadap   penerapan   metode   pembelajaran   Drill  dalam  pelajaran  -  pokok  bahasan Layanan Bimbingan Konseling Kelompokpada siswa kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT.
3.      Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam memahami dasar ilmu - dalam perkembangannya sesuai dengan kompetensi yang diajarkan siswa di kelas X.2 SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT.

1)                  PTK
Menurut Arikunto, dkk. (2007:58), ada tiga pengertian yang dapat diterangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu :
         Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
         Tindakan  adalah  sesuatu  gerak  kegiatan  yang  sengaja  dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
         Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari seorang guru.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran.
5)                  Kemampuan
Kemampuan: adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menghafal, menulis, mengetik dan sebagainya.




Penelitian dengan bimbingan konseling kelompok ini telah dilaksanakan oleh saudara Kiki Elistina pada Penelitiannya  di SMP Negeri 3 Depok dengan judul “Konseling Kelompok terhadap Siswa dalam Mengatasi Kesulitan Belajar di SMP Negeri 3 Depok”. Pada penelitiannya Kiki Elistina sebagai peneliti berfokus pada pelaksanaan konseling kelompok terhadap siswa dalam mengatasi kesulitan belajar di SMP Negeri 3 Depok.[1]
Hasil   penelitian   menunjukkan   bahwa pelaksanaan konseling kelompok terhadap siswa dalam mengatasi kesulitan siswa di SMP Negeri 3 Depok melalui beberapa tahap yaitu perencanaan konseling kelompok (Pembentukan kelompok, membuat tujuan konseling kelompok, menentukan waktu, menentukan materi konseling). Tahap transisi tahap kegiatan konseling kelompok, tahap akhir dan konseling maupun tindak lanjut. Hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan pengambilan keputusan bidang karier pada siswa sebelum di berikan perlakuan berupa konseling kelompok dengan persentase rata-rata sebesar 58,49%, termasuk dalam kategori rendah, setelah di berikan perlakuan berupa konseling kelompok meningkat dengan persentase rata-rata sebesar 78,63%, termasuk dalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan belajar siswa  di SMP N 3 Depok.
Hubungan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah 1) Bimbingan konseling kelompok diharap dapat meningkatkan keefektifan pembalajaran . 2) Tujuan dari penelitian Penemuan meningkatkan stimulasi berfikir menemukan sendiri terhadap siswa dalam penyeledikan masalah dalam mempelajari materi, 3) Dengan bimbingan konseling kelompok  diharapkan anak dapat bertindak menganalisis masalah yang ditemukan dan menemukan pemecahannya berdasarkan penemuan konsep yang dimilikinya. Dari kajian teori yang telah dijabarkan diatas peneliti mengambil metode penelitian bimbingan konseling kelompok dalam rangka meningkatkan kualitas belajar siswa di kelas X.2 SMK N 1 Simpang Empat pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.


2.      Metode Bimbingan Konseling Kelompok
Bimbingan dan konseling adalah upaya yang dilakukan seorang ahli konselor untuk membantu dalam menyelasaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi klien. Yang membedakan keduanya adalah pada orientasi penyelesaian maslah dimana bimbingan lebih mengarahkan klien kepada apa yang diharapakan dalam mengebangkan dirinya dan sarana yang ada sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sedangkan konseling lebih berorientasi pada bantuan yang diberikan kepada klien yang mengalami suatu masalah sehingga masalah tersebut dapat teratasi.
Metode merupakan suatu jalur atau jalan yang harus dilalui untuk pencapaian suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta berarti memalui dan hodos berarti jalan. Dalam bimbingan dan konseling bisa dikatakan sebagai suatu cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Secara umum ada dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu pertama, metode bimbingan individual, dan kedua,metode bimbingan kelompok . Metode bimbingan kelompok di kenal juga dengan bimbingan (group guidance) sedangkan metode bimbingan individual dikenal dengan individual konseling. Namun makalah ini akan membahas mengenai metode bimbingan kelompok.
Romlah (2006) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok sebagai bantuan terhadap siswa yang dilaksanakan dalam situasi kelompok dan bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok yang membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
Surya dan Natawidjaja (dalam Rusmana, 2009) mengemukakan beberapa keuntungan dari layanan bimbingan kelompok, diantaranya: 1) bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efisien, 2) bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau beberapa orang individu terhadap kelompok lainnya, 3) dalam bimbingan kelompok terjadi saling tukar pengalaman (sharing experience) di antara para anggotanya sehingga dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku individu, 4) bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari konseling individual, 5) bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik konseling individual, 6) bimbingan kelompok dapat digunakan sebagai substitusi, yaitu dilaksanakan karena kasus tidak dapat ditangani dengan teknik lain, dan 7) dalam bimbingan kelompok terdapat kesempatan untuk menyegarkan watak para anggotanya.
Teknik-teknik bimbingan kelompok adalah cara-cara bagaimana kegiatan bimbingan kelompok dilaksanakan Kegiatan bimbingan kelompok menggunakan basis kurikuler dan sebagian besar kegiatannya berupa kegiatan di kelas dengan menggunakan kegiatan pemberian informasi, tanya jawab, diskusi, dan kegiatan latihan dalam kelompok-kelompok kecil, maka aktivitas siswa dalam kegiatan-kegiatan itu sangat penting. Teknik bukan merupakan tujuan tetapi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan bimbingan.Berikut ini adalah beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu antara lain:
i.        Teknik Pemberian Informasi
Teknik pemberian informasi tidak asing lagi bagi kita karena sering juga disebut dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seseorang pembicara kepada sekelompok pendenggar. Bisa juga diberikan secara tertulis misal pada papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman, selebaran,vedeo, dan film.
Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan
3.      Penilaian (Jascobsen,dkk.1985 dalam Tatiek Romlah MA)
keuntungan-keuntungan teknik pemberian informasi : dapat melayani banyak orang, tidak membutuhkan banyaaak orang sehingga efisien, tidak terlalu banyak menggunakan fasilitas untuk melaksanakannya,mudah dilaksanakan, jika pembicara pandai menggunakan gambar dengan kata-kata bahannya akan menjadi menarik.
Kelemahanya teknik pemberihan informasi adalah: bisanya ada pertolongan sehingga membosankan, individu yang mendengar kurang aktif, memerlukan keterampilan untuk berbicara supaya penjelasan menjadi menarik.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pemberian informasi Perlu dipikirkan kembali apakah cara yang digunakan tepat untuk diberikan pada individu-individu yang dibimbing, Menyiapkan bahan informasi sebaik-baiknya, Menyiapkan bahan sendiri sehingga konseli dapat mempelajarinya, Usahakan beragai variasi penyampaian agar pendengar menjadi lebih aktif, Gunakan berbagai alat bantu yang dapat memperjelas pengertian pendengar terhadap bahan yang disampaikan.
ii.      Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin.
iii.    Teknik pemecahan masalah
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah:
1.      Mengidenfikasi dan merumuskan masalah
2.      Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
3.      Mencari alternatif pemecahan masalah
4.      Menguji kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan masing-masing alternatif
5.      Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan
6.      mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai (Zastrow, 1987 dalam Tatiek Romlah MA)
7.      Permainan Peranan

i.        Metode Konseling Kelompok
Penyelenggaraan konseling kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan yang memadai dari awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya. Berikut langkah-langkah yang dapat ditempuh:
1.      Menetapkan terlebih dahulu masalah yang menarik perhatian
2.      Ceritakan kepada kelompok mengenai isi masalah dalam konteks cerita tersebut
3.      Tetapkan siapa yang akan menjadi sukarelawan memainkan perannya didepan kelompok
4.      Jelaskan kepada kelompok mengenai peran anggota kelompok pada waktu sosiodrama berlangsu
5.      Beri kesempatan kepada para pemain untuk berundingsebelum memainkan perannya
6.      Akhiri sosiodrama jika situasi perbincangan mencapai pada ketengangan
7.      Akhiri sosiodrama dengan diskusi untuk memecahkan masalah yang ada pada sosiodrama.
8.      Lakukan evaluasi untuk melihat perubahan tingkah laku.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam kerangka teori pada sub bab diatas maka dapat disimpulkan beberapa indikasi yang peneliti lakukan dalam rangka tindakan penelitian yang harus dilaksanakan adalah berdasarkan kerangka yang dijelaskan pada gambar berikut :



[1] diglib uin. (2014). KONSELING KELOMPOK TERHADAP SISWA DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR ID SMP NEGERI 3 DEPOK. Diambil kembali dari diglib.uin-suka: http://digilib.uin-suka.ac.id/13024/1/BAB%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf





HUBUNGI : 081228352992 / WA ONLY

No comments:

Post a Comment

masukkan komentar anda selamat berbagi ilmu dan terimakasi atas kunjungannya