Perubahan kurikulum dari kurikulum yang
berorientasi pada isi pelajaran (content based curriulum) menjadi
kurikulum yang berorientasi pada kompetensi (competency based curriculum) memiliki konsekuensi
terhadap berbagai aspek pembelajaran di sekolah. Konsekuensi tersebut bukan
hanya pada implmentasi atau proses pembelajaran, akan tetapi juga pada
penetapan kriteria keberhasilan. Pada tataran implementasi, misalnya perubahan
terjadi pada proses pembelajaran, dari proses pembelajaran yang menekankan pada
selesainya penyampaian pokok bahasan (isi pelajaran) pada satu catur wulan atau
semester kepada pe-nguasaan materi pelajaran oleh siswa. Dengan demikian dalam
im-plementasi kurikulum guru dituntut untuk dapat menggunakan strategi dan
metode pembelajaran yang bervariasi.
Perubahan paradigma kurikulum tersebut, membawa implikasi terhadap
paradigma evaluasi atau penilaian, dari
penilaian dengan pendekatan normatif ke
penilaian dengan menggunakan acuan standar. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan
kemam-puan yang memadai baik secara konseptual maupun secara
praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan apakah
pe-nguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil diku-asai
siswa atau belum. Sesuai dengan tuntutan kurikulum, ada dua hal penting yang
harus dipahami tentang evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral
dalam suatu proses pembelajaran. Artinya kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai
kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Mengapa demikian?
Sebab evaluasi bukan hanya berorientasi pada hasil (product oriented) akan
tetapi juga pada proses pembelajaran (process
oriented), sebagai upaya memantau perkembangan siswa baik perkembangan kemampuan maupun
perkembangan mental dan kejiwaan. Kedua, evaluasi bukan hanya tanggung jawab
guru, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Artinya dalam proses
evaluasi siswa dilibatkan oleh guru, sehingga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk memantau keberhasilannya sendiri dalam proses
pembelajaran (self evaluation). Dengan demikian siswa tidak lagi menganggap bahwa
evaluasi merupakan suatu beban yang kadang-kadang mengganggu sikap mentalnya.
Mela-lui self evaluation siswa akan menganggap bahwa evaluasi adalah sesuatu
yang wajar yang harus dilaksanakan.[1]
Penilaian atau evaluasi
merupakan hal yang sangat
penting dalam pendidikan. Perubahan paradigma
kurikulum membawa implikasi terhadap
paradigma evaluasi atau penilaian, oleh
sebab itu, guru
dituntut untuk memiliki pemahaman
dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun secara praktikal dalam
bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan
apakah penguasaan kompetensi sebagai
tujuan pembelajaran telah berhasil dikuasai oleh siswa atau
belum. Dengan melakukan penilaian, guru
sebagai pengelola kegiatan pembelajaran
dapat mengetahui kemampuan yang
dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang
digunakan, dan keberhasilan peserta didik
dalam meraih kompetensi yang
telah ditetapkan. Evaluasi yang baik
dilaksanakan hanya apabila didasarkan pada rencana yang
baik pula. Untuk
memperoleh menjaga hasil yang kita buat maka perlu adanya inovasi baru
untuk melakukan evaluasi.
Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang ciri-ciri dan sifat-sifat
dasar materi, berbagai bentuk energi dan cara materi maupun energi berinteraksi
dalam dunia di sekitar kita. Siswa mulai mempelajari fisika secara dasar ketika
mereka menginjak Sekolah Dasar (SD) dan ketika menginjak Sekolah Menengah
Pertama (SMP), siswa mulai mempelajari fisika secara umum yang dimuat dalam
mata pelajaran IPA. Di Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa sudah mulai memasuki
pelajaran fisika secara terperinci dan lebih khusus yang dipelajari pada Mata
Pelajaran Fisika. Pelajaran Fisika merupakan salah satu pelajaran eksak yang
ada pada program kelas IPA tingkat SMA. Tidak sedikit siswa yang beranggapan bahwa Pelajaran Fisika itu adalah
salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Biasanya, siswa yang
lain yang bukan tergolong program kelas IPA, jika mereka mendengar kata
“fisika” pasti merujuknya secara umum kalau pelajaran fisika itu salah satu
pelajaran yang mumet, tidak mengasikan, membosankan, membingungkan, bahkan mual
untuk mendengarnya. Ternyata tidak hanya siswa yang bukan tergolong program
kelas IPA saja yang beranggapan seperti itu, bahkan siswa program kelas IPA
juga ada yang beranggapan demikian, padahal mereka yang tergolong siswa program
kelas IPA pasti menghadapi dan mempelajari Mata Pelajaran Fisika.
Siswa yang beranggapan bahwa fisika itu adalah mata pelajaran yang tidak
menyenangkan bahkan membosakan harus diperbaiki agar anggapannya terhadap Mata
Pelajaran Fisika itu bukanlah seperti itu, khususnya bagi siswa yang tergolong
program kelas IPA. Siswa yang tergolong kelas IPA yang beranggapan seperti itu
perlu kita motivasi dan mengajak mereka belajar fisika secara efektif dan
menyenangkan, tentunya tidak membosankan. Salah satu faktor yang memengaruhi
siswa kesulitan belajar fisika adalah
tenaga pengajar yang menyampaikan materi monoton. Dengan kata lain, tenaga
pengajar tersebut menyampaikan materinya membosankan, tidak membangunkan
semangat belajar siswa. Dilihat dari materi fisika itu sendiri, fisika
mempelajari berbagai rumus-rumus yang tidak sedikit harus siswa pelajari,
mengerti serta pahami. Dengan demikian, tenaga pengajar yang khususnya
menyampaikan pelajaran fisika itu harus aktif, menyenangkan, dan bahkan bisa
membuat para siswa tidak lagi beranggapan negatif terhadap mata pelajaran
fisika.
Dengan menggunakan hasil analisis, faktor- faktor organismik dalam diri
siswa yang menjadi penyebab kesulitan belajar, antara lain 1)Kapasitas belajar
(tingkat kecerdasan) umum siswa yang bersangkutan diduga amat terbatas atau
rendah. 2) Kapasitas belajar (bakat) khususnya dapat diduga tidak
sesuai/rendah. 3)Sukar mengubah dan sukar menyadarkan diri dengan pola-pola
kebiasaan belajar yang lebih sesuai. 4)Sikap kurang positif (negatif) minat
motivasi (n-Ach) kurang kuat (lemah), penilaian rendah (menganggap sepele,
tidak penting, embel-embel, dan sebagainya) terhadap bidang studi tertentu. 5)Belum
matang untuk mengikuti pelajaran pada tingkat kelas tertentu. 6)Belum menguasai
pengetahuan dang keterampilan dasar sebagai persyaratan untuk mengikuti
pelajaran atau tingkat pendidikan tertentu (mungkin karena transfer dari jalur
sistem pendidikan yang berbeda).
Rendahnya analisis pembelajaran Fisika di kelas X di SMK N 1 Simpang
Empat pada ketuntasan pembelajaran siswa pada tahun ajaran 2017/2018 pada
materi GLB dan GLBB menjadi dasar acuan perbaikan guru yang harus dilaksanakan
untuk memenuhi standart kriteria minimal pada materi tersebut. Hasil Evaluasi
Rendahnya materi GLB dan GLBB selama pembelajaran yang peneliti lakukan di
tahun ajaran 2017/2018 adalah 1)
Kapasitas belajar siswa sangat rendah hal ini harusnya ditunjang orang tua
dalam ikut serta mendidik anaknya untuk berkapasitas yang baik dalam belajar.
2) Minat dan Motivasi siswa terhadap materi sangat rendah yang ditunjukkan
dengan sikap bosan dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan. 3) Pembelajaran
yang kurang inovatif dan menarik dari guru dalam menyampaikan pembelajaran.
Adapun hasil evaluasi penilaian deskriptif kuantitatif uji kompetensi yang
diberikan adalah 52% dari total ketuntasan pada materi GLB dan GLBB.
Dari permasalahan dan penjabaran yang telah dijelaskan diatas maka
peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas guna memenuhi pengembangan kompetensi
individual siswa dalam pembelajaran di SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT dengan
tujuan meningkatkan motivasi siswa mempunyai minat dan mendapatkan
prestasi belajar tinggi di SMK
NEGERI 1 SIMPANG EMPAT. Penelitian dengan peningkatan prestasi belajar
fisika tersebut terfokus untuk mengubah anggapan negatif yang ada dalam pikiran
siswa tentang belajar Fisika yang dianggap tidak menyenangkan dan sulit. Implementasi pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan RPP yang telah dibuat, dan penelitian tersebut
dirancang dan akan dilaksanakan di kelas X.2 TL dengan mengambil judul “PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS X TPTL SMKN 1 SIMPANG EMPAT MELALUI PENERAPAN PEMBERIAN
TUGAS TERSTRUKTUR PADA BAHAN KAJIAN HUKUM GERAK DAN GAYA”, yang dilaksanakan
pada semester 1 Tahun Ajaran 2018/2019.
Dari latar belakang masalah yang telah
dikemukakan diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut
:
1)
Apakah penerapan Pemberian
Tugas Terstruktur dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran di kelas X.2 TL SMKN 1 Simpang Empat Tahun Pelajaran 2018/2019 pada
Semester 1. Yang ditunjukkan dengan
hasil pemahaman konsep belajar yang
efektif oleh siswa.
2)
Apakah penerapan Pemberian Tugas Terstruktur dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
yang ditunjukkan pada prestasi nilai siswa yang meningkat di kelas X.2 TL SMK
NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun Pelajaran 2018/2019.
3)
Apakan
penerapan Pemberian Tugas Terstruktur dapat meningkatkan pemahaman
konsep belajar kelompok siswadi
kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPATTahun Pelajaran 2018/2019.
4)
Apakah
penerapan Pemberian Tugas Terstruktur dapat meningkatkan pemahaman konsep Belajar
yang menyenangkan dalam
kehidupan sehari-hari siswa kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT Tahun
Pelajaran 2018/2019.
5)
Apakan penerapan Pemberian Tugas Terstruktur
dapat meningkatkan prestasi siswa di kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT
Tahun Pelajaran 2018/2019.
Agar masalah yang teridentifikasi dapat
terarah dan dikaji secara mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Dalam
penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada peningkatan kualitas
pembelajaran dengan penerapan Pemberian Tugas Terstruktur. Beberapa hal yang
terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
1)
Kualitas pembelajaran adalah
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi beberapa indikator, antara
lain: (1) Menjelaskan tujuan dari Pemberian Tugas Terstruktur, (2) Menjelaskan
langkah Pemberian Tugas Terstruktur, (3) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, (4) Menyusun Instrumen Angket dan Penilaian terhadapan
pelaksanaan Pembelajaran
2)
Siswa kelas X.2 TL sebagai
objek penelitian dikhususkan pada pokok bahasan GLB dan GLBB.
3)
Ketercapaian dalam penelitian
ini adalah sekurang – kurangnya 80% siswa memenuhi standart Kriteria dalam
Instrumen Penilaian Penelitian yang telah dibuat.
Dalam suatu penelitian diharapkan mampu
untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Hasil dari penelitian yang
dilakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat secara praktis dan secara
teoritis, yaitu :
1)
Manfaat teoritis
a.
Memberikan kontribusi positif
yang bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya Guru Fisika mengenai
penerapan Pemberian Tugas Terstruktur terhadap peningkatan belajar secara efektif
dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian-penelitian di masa
yang akan datang pada bidang permasalahan yang sejenis.
4)
Manfaat Praktis
a.
Bagi Siswa
Menciptakan kegiatan
pembelajaran yang sesuai sasaran, siswa mampu menyesuaikan diri dengan tata
tertib yang berlaku disekolah, siswa mampu menciptakan iklim belajar yang
efektif dengan Pemberian Tugas Terstruktur sehingga berdampak pada peningkatan
belajar secara aktif,
kreatif dan pencapaian prestasi belajar siswa.
b.
Bagi Guru
Sebagai masukan bagi Guru
Fisika sebagai salah satu
pendekatan Pemberian Tugas Terstruktur dengan Pendekatan pembelajaran
alternatif yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar - guna pencapaian prestasi
belajar siswa.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui Efektivitas penerapan Pemberian Tugas Terstruktur terhadap prestasi
belajar - pokok bahasan GLB dan GLBBkelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG
EMPAT Semester 1 Tahun
Pelajaran 2018/2019.
2. Penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui respon (tanggapan) siswa terhadap penerapan
metode Tugas Terstruktur dalam
pelajaran - pokok
bahasan GLB dan GLBB pada siswa kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT.
3. Untuk meningkatkan kompetensi siswa
dalam memahami dasar ilmu - dalam perkembangannya sesuai dengan kompetensi yang
diajarkan siswa di kelas X.2 TL SMK NEGERI 1 SIMPANG EMPAT.
1)
PTK
Menurut Arikunto,
dkk. (2007:58), ada tiga pengertian yang dapat diterangkan dari Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yaitu :
•
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu
obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat
dan penting bagi peneliti.
•
Tindakan
adalah sesuatu gerak
kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan.
•
Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu
yang sama dari seorang guru.
Jadi, dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/
meningkatkan mutu praktik pembelajaran.
5)
Kemampuan
Kemampuan: adalah
kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot yang lazimnya
tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menghafal, menulis, mengetik dan
sebagainya.
Penelitian dengan Pemberian Tugas Terstruktur ini telah dilaksanakan oleh saudara Yoga Budi Bhakti pada Penelitiannya di SMA
Negeri 70 Jakarta dengan judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN
METODE PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR”. Pada penelitiannya Yoga
Budi Bhakti sebagai peneliti berfokus pada
pelaksanaan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN METODE PEMBERIAN
TUGAS TERSTRUKTUR.
Hasil
penelitian Pemberian tugas
terstruktur dalam pembelajaran fisika dengan tingkat kesukaran soal berjenjang
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Populasi dalam penelitian ini
adalah peserta didik kelas XI SMA. Penelitian yang dilakukan adalah jenis
Peneltian Tindakan Kelas. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa
pemberian tugas terstruktur dalam pembelajaran fisika mampu meningkatkan hasil
belajar fisika. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap
akhir dari pemberian tindakan. Untuk siklus pertama, rata-rata hasil belajar
diperoleh X1 = 64.3 kemudian untuk siklus kedua, rata-rata hasil belajar
diperoleh X2 = 63.5 dan untuk siklus ketiga diperoleh nilai rata-rata hasil
belajar X3 = 72.4. Diharapkan dengan penelitian ini guru mulai membiasakan
memberikan tugas terstruktur dengan tingkat kesukaran soal berjenjang sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar fisika..
Hubungan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah 1) Pemberian
Tugas Terstruktur diharap dapat meningkatkan keefektifan pembalajaran . 2) Tujuan dari penelitian Penemuan meningkatkan stimulasi berfikir
menemukan sendiri terhadap siswa dalam penyeledikan masalah dalam mempelajari
materi, 3) Dengan Pemberian Tugas Terstruktur diharapkan anak dapat bertindak menganalisis masalah yang
ditemukan dan menemukan pemecahannya berdasarkan penemuan konsep yang
dimilikinya. Dari kajian teori yang telah
dijabarkan diatas peneliti mengambil metode
penelitian Pemberian Tugas Terstruktur dalam rangka
meningkatkan kualitas belajar siswa di kelas X.2 TL SMK
N 1 Simpang Empat pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
Yang
dimaksud dengan metode tugas ( Resitasi) menurut Sayiful Sagala adalah “ cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tewrtentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan.” Misalnya
tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di luar
kelas, di Perpustakaan bahkan di Rumah kemudian tugas tersebut dipertanggung
jawabkan. Metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah tetapi metode ini
lebih luas dari pada pekerjaan rumah saja, karena dalam metode ini terdiri dari
tiga fase antara lain: pertama Guru memberikan tugas, kedua siswa melaksanakan
tugas, dan ketiga siswa mempertanggung jawabkan apa yang telah dikerjakan.[2]
Dengan
cara ini diharapkan agar siswa dapat belajar bebas tetapi bertanggung jawab dan
siswa akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan dan mengatasi kesulitan
itu, karena dengan tugas maka siswa memiliki kesempatan untuk saling
membandingkan dengan hasil siswa yang lain. Merangsang siswa agar lebih giat
belajar, memupuk inisiatif bertanggung jawab dan mandiri, memperkaya kegiatan
belajar di luar, memperkuat pemahamanSelain itu menyadarkan siswa untuk selalu
memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajar dengan
mengisi kegiatan-kegiatan yang kurang berguna.
Metode
ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran atau meteri terlalu banyak sementara waktu sedikit dalam kegiatan
belajar di kelas. Artinya, banyaknya materi ajar yang tersedia dengan waktu
kurang. Agar materi ajar dapat dimengerti, dipahami oleh siswa dengan waktu yang telah ditentukan oleh
kurikulum maka metode ini sangat membantu.
Dalam
hal ini tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar pertanyaan (soal) atau
perintah melakukan pendataan, mencari penyelesaian dalam buku pelajaran. Dapat
juga mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu dan lain sebagainya. Guru memberikan
tugas kepada siswa madiri atau kelompok dengan waktu yang ditentukan dan
disepakati siswa dan guru harus membahas, menilai hasil tugas madiri atau
kelompok. Guru juga memberi motivasi agar siswa dapat mengerjakan tugas dengan
baik kemudian guru menghimbau siswa untuk menyusun hasil tugas baik mandiri
atau kelompok. Dengan demikian siswa dapat bertanggung jawab dengan tugasnya,
selain itu siswa menjadi lebih paham materi ajar.
Fase-fase dalam memberikan tugas yang baik
secara mandiri maupun kelompok:
a.
Guru memberikan tugas
Tugas yang diberikan dari guru kepada siswa
baik secara mandiri atau kelompok maka harus memperhatikan dan mempertimbangkan
hal-hal berikut:
a)
Tujuan yang akan dicapai.
b)
Jenis tugas, terstruktur atau tak terstruktur
agar siswa mengerti dan paham.
c)
Tugas harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d)
Ada petunjuk yang jelas sehingga siswa dapat
mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok.
e)
Disediakan waktu yang jelas dan cukup untuk
mengerjakan tugas terstruktur dan tidak terstruktur.
b. Siswa Mempertanggung jawabkan tugas
Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase
ini:
1.
Laporan siswa tertulis dari apa yang dikerjakan.
2.
Ada diskusi kelompok atau tanya jawab.
3.
Penilaian atau tanggapan dari siswa yang lain.
Dalam fase mempertanggung jawabkan ini yang
disebut dengan resitasi, adapun menurut
Zakiyyah Darajat Pemberian tugas dapat dilakukan dalam beberapa hal, yaitu:
1.
Siswa diberi tugas mempelajari bagian dari buku
teks baik secara kelompok maupun perorangan. Diberi waktu tertentu untuk
mengerjakannya, kemudian siswa yang bersangkutan mempertanggungjawabkan.
2.
Siswa diberi tugas untuk melaksanakan sesuatu
yang tujuannya melatih siswa dalam hal yang bersifat kecakapan mental dan
motorik.
3.
Siswa diberi tugas untuk mengatasi masalah
tertentu atau problem tertentu dengan cara mencoba untuk mengunkapkan. Dengan
tujuan agar siswa biasa berfikir ilmiah(logis dan sistematis) dalam memecahkan
suatu masalah atau soal.
4.
Siswa diberi tugas untuk melaksanakan proyek
dengan tujuan agar siswa membiasakan diri untuk bertanggung jawab terhadap
penyelesaian suatau masalah, soal, yang telah disediakan dan bagaimana mengolah
selanjutnya.
Dalam metode pemberian tugas atau resitasi
ini syarat yang harus diketahui oleh guru dan siswa yang diberi tugas yaitu:
1.
Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan
pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga siswa disamping sanggup
mengerjakannya juga sanggup mempertanggungjawabkan.
2.
Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan
bahwa tugas yang diberikan kepada siswa akan dapat dilaksanakannya karena sesuai
kesanggupan dan kecerdasan yang dimilikinya.
3.
Guru harus menanamkan kepaqda siswa bahwa
tugas yang diberikan kepada siswa akan
dikerjakan atas kesadaran sendiri yang timbul dari hati
4.
Jenis tugas yang diberikan kepada siswa harus
dapt dimengerti benar-benar sehingga siswa tidak ada keraguan dalam
melaksanakannya.
Dalam penggunaan suatu metode pasti ada
kelebihan dan kekurangan, begitu juga metode ini,
a. Kelebihan
1)
Siswa dapat lebih memahami sendiri materi ajar
sesuai dengan pengetahuan yang dicari sehingga pengetahuan itu akan tinggal
lama dalam ingatan.
2)
Mengembangkan daya berfikir sendiri, daya
inisiatif, kreatif, tanggung jawab dan melatih mandiri.
3)
Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas
individual maupun kelompok.
b. Kekurangan Metode Penugasan (Resitasi)
1)
Siswa sulit dikontrol aktifitasnya dalam
mengerjakan tugas, apakah benar mengerjakan dengan kemampuan dan usahanya atau
hanya meniru pekerjaan temannya
2)
Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif
mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan
anggota yang lain tidak ikut berpartisipasi dengan baik.
3)
Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan
perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang monoton sehingga dapat
menimbulkan kebosanan siswa.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam
kerangka teori pada sub bab diatas maka dapat disimpulkan beberapa indikasi
yang peneliti lakukan dalam rangka tindakan penelitian yang harus dilaksanakan
adalah berdasarkan kerangka yang dijelaskan pada gambar berikut :
Berdasarkan
hasil Observasi dan Analisa yang peneliti teliti di SMK Negeri 1 Simpang Empat
bahwa kegiatan pembelajaran pada tahun Ajaran 2017/2018 mempunyai dampak buruk
terhadap ketuntasan siswa pada materi GLB dan GLBB (Pembelajaran Fisika) tahun
ajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dengan hasil prestasi siswa belajar sangat
turun. Hampir rata-rata ketuntasan siswa masih belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal yang telah ditentukan oleh SMK N 1 Simpang Empat yakni 75. Dan
jumlah rata-rata hasil dari ketuntasan siswa adalah 52%. Hasil tersebut
ditakutkan akan mempengaruhi ketidak tuntasan siswa dalam mengikuti Ujian
Nasional yang tiap tahun akan diselenggarakan dan tentunya berdampak buruk
terhadap kualitas pendidikan di SMK Negeri 1 Simpang Empat.
Pembelajaran
kurikulum 2013 dan segala macam bentuk perubahannya berdampak kompleks
multidimensional yakni seorang pendidik dan yang terdidik diharuskan memahami
konsep dan cara belajar yang efektif dan efisien. Dampak tersebut mempengaruhi
kualitas guru dalam menyampaikan materi dan pengawasan terhadap murid. Guru
disibukkan dengan administrasi dan laporan yang harus dikerjakan sedangkan
murid dituntut untuk mempunyai konsep belajar mandiri. Hal ini tentunya perlu
diadakan bimbingan konseling untuk murid dalam menemukan konsep belajarnya dan
memberi pengertian secara mendalam tentang konsep belajar yang efektif dan
efisien yang bersumber dari perilaku dan sikap murid itu sendiri.
Atas
dasar hal yang telah dijabarkan diatas maka peneliti sebagai Guru Fisika di
SMKN 1 Simpang Empat mengadakan penelitian dengan tujuan memberikan pengetahuan
dan motivasi terhadap siswa tentang konsep belajar yang tepat dan efektif
berdasarkan kemampuan siswa dalam
memecahkan berbagai permasalahan belajar Fisika dikehidupannya.
[1] suadinmath. (2010, Mei 14). EVALUASI
PEMBELAJARAN DI KELAS. Diambil kembali dari suaidinmath.wordpress.com: https://suaidinmath.wordpress.com/2010/05/14/evaluasi-pembelajaran-di-kelas/
[2] iwanlukman. (2016, Juni 24). Metode
Penugasan (Resitasi). Diambil kembali dari iwanlukman.blogspot.com:
https://iwanlukman.blogspot.com/2016/06/metode-penugasan-resitasi.html
WA ONLY : 081228352992
No comments:
Post a Comment
masukkan komentar anda selamat berbagi ilmu dan terimakasi atas kunjungannya